Wednesday, January 30, 2013

Museum Geologi



           

           Tahukah Anda bahwa ada sekitar 50.000 koleksi yang dimiliki Museum Geologi? Lantas, dari mana sajakah koleksi tersebut berasal? Rubrik Geducation kali ini akan membahas mengenai asal-usul produk Museum Geologi selama ini.
Ternyata, koleksi yang dimiliki Museum Geologi tidak melulu ditemukan oleh bangsa Indonesia, namun ada juga yang berasal dari penemuan peneliti Warga Negara Asing. Hal tersebut sebenarnya lumrah terjadi. Barang-barang koleksi ini tidak hanya didapatkan secara cuma-cuma dari seorang donatur, melainkan ada pula barang-barang koleksi yang dijual oleh ahli geologi kemudian dibeli oleh Museum Geologi dan resmi menjadi hak milik Museum.
Museum Geologi ini memang merupakan tempat yang benar-benar menyimpan misteri dan kekayaan alam Indonesia dari seluruh pelosok daerah di Indonesia. Koleksi fosil terbesar di Indonesia, yaitu Stegodon trigonocephalus, gajah purba berkepala triagonal yang ditemukan di daerah Jawa Timur. Panjang gadingnya mencapai 4 meter dengan tinggi tubuh mencapai 2,5 meter pun terpajang di Museum Geologi.
Reptilia yang hidup berkuasa di zaman Mesozoikum tengah hingga akhir atau 210-65 juta tahun lalu itu diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn. Kadal buas pemakan daging itu panjangnya mencapai 19 meter, tinggi 6,5 meter, dan berbobot 8 ton. Ia diketahui pernah hidup, di antaranya di daratan Amerika Utara dan Mongolia.
Ada pula fosil kura-kura purba raksasa. Tingginya diperkirakan pernah mencapai 1,5 meter dan panjangnya 2 meter. Binatang reptil yang bernama ilmiah Megalochelys cf. sivalensis ini ditemukan di Kali Glagah, Bumiayu, Jawa Tengah. Umurnya ketika ditemukan sekitar 1,7 juta tahun. Namun bentuknya sudah tak utuh.
Fosil yang bentuknya lengkap, yaitu nenek moyang badak Jawa, diperkirakan berusia 1 juta tahun lebih. Rangka Rhinocerus sondaicus desmarest itu ditemukan di Jawa Timur. Sampai kini, keturunan makhluk mamalia itu masih hidup di Ujung Kulon, Banten.
Replika tengkorak manusia purba yang berdiri tegak atau homoerectus berada di ujung lorong. Manusia Jawa itu ditemukan di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, pada 1969. Tingginya diperkirakan mencapai 2 meter. Mukanya menjorong ke depan, dengan tulang alis menonjol keluar. Isi otaknya berkisar 1.000 cc, atau 2,5 kali lebih besar dari otak gorila, orang utan, dan simpanse. Ia diperkirakan hidup pada 700-800 ribu tahun silam.
Museum Geologi mendapat koleksi terbaru untuk tahun 2012 ini. Manusia Hobbit, inilah koleksi terbaru yang dimiliki Museum Geologi. Sebenarnya sudah sejak tahun 2003, tim arkeolog gabungan dari Indonesia dan Australia menemukan kerangka sejenis manusia purba di Pulau Flores. Penemuan ini menghebohkan para ahli. Mereka memperdebatkan apakah spesies ini berasal dari spesies yang sama dengan manusia modern atau merupakan spesies berbeda. Hal ini disebabkan karena spesies yang memiliki nama latin Homo floresiensis ini memiliki ukuran tubuh dan otak yang sangat kecil. Namun, dari penemuan di gua tempat kerangka spesies ini ditemukan, para ahli juga mendapatkan bukti adanya penggunaan perkakas rumit, yang merupakan salah satu ciri manusia modern (Homo sapiens).
Spesies ini diperkirakan berasal dari antara 74.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Karena ukurannya yang kecil (dengan tinggi sekitar 1 meter), orang-orang memberi nama “Hobbit” dari nama salah satu ras fiktif dalam buku karya J.R.R. Tolkien, The Hobbit.
Sebagian besar ahli memutuskan bahwa spesies ini adalah spesies Homo awal yang masih mirip kera. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa spesien ini sebenarnya hanyalah Homo sapiens yang memiliki kelainan sehingga bertubuh sangat kecil.
Kemudian pada tahun 2006, pnelitian bersama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Indonesia (Dr. Fachroel Aziz) dan University of New England, Australia – University of Wallongong, Australia (Dr. Mike Morwood), dengan tema “Astride the Wallace Line”. Menunjukkan bukti bahwa “manusia purba” telah menghuni Flores sekitar 1.000.000 tahun lalu.
Barulah, pada tahun 2012 sebagai tindak lanjut MoU antara Badan Geologi, Bandung, Indonesia dan University of Wallongong, Australia, tentang penelitian ilmu kebumian (Earth Sciences), maka diadakan penelitian bersama antara Pusat Survei Geologi, Badan Geologi (Dr. Fachroel Aziz) dan School of Earth and Environmental Science, University of Wallongong (Dr. Mike Morwood), bertemakan “In Search of the First Hominins”. Maka, setelah itu resmilah manusia hobbit menempati Museum Geologi Bandung.
Saat ini, manusia hobbit itu sendiri terpajang di ruang tengah Museum Geologi sehingga menjadi attention getter bagi pengunjung yang baru memasuki Museum. Akan selalu ada investasi koleksi di Museum Geologi. Bagaimana menurut Anda, menarikkah koleksi yang ada di Museum Geologi Bandung ini?
                                                                                                               
Nama               : Rize Kumala Putri Pratiwi/16/XI IPA 3

No comments:

Post a Comment