Wednesday, January 16, 2013


YOGYAKARTA KOTA BUDAYA



Yogyakarta merupakan Ibukota Propinsi dari DIY yang merupakan satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Yogyakarta sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potenssi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam. Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari 26 propinsi (dulunya 27 propinsi sebelum Timor Timur keluar dari negara kesatuan Indonesia) di Yogyakarta. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia. Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama, berkenaan dengan keranogaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, DIY memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi fisik maupun non fisik, di samping kesiapan sarana penunjang wisata. Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta relatif memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif seperti fasilitas akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata. Potensi ini masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi Jawa Tengah, sehingga menambah keragaman obyek yang telah ada. Kedua, berkaitan dengan ragam spesifisitas obyek dengan karakter mantap dan unik seperti Kraton, Candi Prambanan, kerajinan perak di Kotagede. Spesifikasi obyek ini msih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik dalam paduan yang serasi. Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai 'kampung internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Yogyakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.
Menurut penelitian Puslitbang Pariwisata pada tahun 1980, pariwisata Yogyakarta memiliki beberapa kekuatan daya tarik, seperti iklim yang baik, atraksi pemandangan yang beragam, budaya yang menarik dan sejarah, masyarakat yang ramah dan bersahabat, akomodasi khas, gaya hidup, harga yang pantas.
Substansi status keistimewaan bagi Yogyakarta sebagaimana tertuang dalam kontrak politik antara Nagari Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Puro Pakualaman dengan Bapak Pendiri Bangsa Soekarno terdiri dari tiga hal :
  1. Istimewa dalam hal Sejarah Pembentukan.
    Pembentukan  Provinsi Daerah Istimewa diatur UUD 45  pasal 18  dan Penjelasannya mengenai hak asal-usul suatu daerah dalam teritori Negara Indonesia.
  2. Istimewa dalam hal Bentuk Pemerintahan.
    Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penggabungan dua wilayah, yaitu Kasultanan dan Pakualaman menjadi satu daerah setingkat provinsi yang bersifat kerajaan dalam satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  3. Istimewa dalam hal Kepala Daerah.
    Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dijabat oleh Sultan dan Adipati yang bertahta (sebagaimana amanat Piagam Kedudukan 19 Agustus 1945 yang ditulis secara lengkap nama, gelar, kedudukan seorang Sultan dan Adipati yang bertahta sesuai dengan angka urutan bertahtanya). Hingga saat ini, Sultan berkedudukan sebagai gubernur dan Pakualam sebagai wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sistem penetapan.

Keistimewaan Yogyakarta tidak hanya dilihat dari sudut pandang politik dan pemerintahan, namun juga aspek-aspek sosial budaya yang bermuara di Kraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta adalah simbol budaya adiluhung Jawa. Hingga kini, keraton yang berdiri dua setengah abad lalu itu masih menjadi acuan kultural masyarakat di DIY dan sebagian Jawa Tengah.
Keberadaan Kraton sangat mendukung perkembangan seni dan budaya yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Bagi masyarakat Yogyakarta, setiap tahapan kehidupan mempunyai arti tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang disajikan dalam upacara-upacara tradisi tersebut. Inilah yang mendorong terwujudnya Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan budaya.
Keistimewaan status politik memberikan nilai tambah positif yaitu stabilitas politik lokal yang sangat terkendali. Stabilitas politik ini memengaruhi stabilitas sendi-sendi kehidupan lainnya di Kota Yogyakarta yang membuat iklim investasi begitu menjanjikan.
Selain keistimewaan status politik, Kota Yogyakarta juga memiliki berbagai keistimewaan yang telah diakui berbagai lembaga nasional dan internasional. Survey Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) 2010 menempatkan Kota Yogyakarta sebagai kota dengan peringkat terbaik dalam perijinan investasi dan pendirian bangunan. Kemudahan perijinan ini dapat langsung dinikmati dengan mengunjungi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Cepatnya perijinan dan transparansi biaya serta kejelasan waktu pengurusan membuat proses pendirian investasi baru semakin efisien sehingga mampu menghasilkan nilai pengembalian investasi yang relatif tinggi dan cepat.

XI IPA 3
DIPOSTKAN OLEH RIVALDI TRIANATA (23)



No comments:

Post a Comment